Rabu, 15 Oktober 2008

Kesaksian Dua Ekor Burung

Suatu ketika Abu Nashr Ibnu Maryam makan bersama seorang tokoh pemuka suku Kurdi. Lalu, kepada orang Kurdi itu dihidangkan dua ekor burung panggang. Yang mengherankan, saat orang Kkurdi itu melihat dua ekor burung panggang itu tiba-tiba saja ia tertawa terbahak-bahak. “Ha, ha, ha,…” Abu Nashr terheran-heran dengan perilaku orang Kurdi tersebut. Ia segera bertanya, “Wahai saudaraku, apa yang membuatmu tertawa?”
Ia menjawab,”Begini wahai saudaraku, dulu saat aku masih muda aku pernah menjadi penyamun. Suatu ketika seorang pedagang yang kaya raya lewat di hadapanku. Aku melihatnya membawa harta yang begitu
banyak. Aku pun menangkap dan merampok semua hartanya. Tatkala aku akan membunuhnya, ia memohon agar aku melepaskannya.
Namun, aku tetap ingin membunuhnya. Saat ia sadar bahwa tak ada lagi jalan untuk menghindari kematian, ia melongok ke kanan dan ke kiri hingga akhirnya melihat dua ekor burung yang bertengger di dahan pohon yang rindang di sekitar tempat kami berada. Ia berkata, “Wahai dua ekor burung, jadilah kalian saksi bahwa ia membunuhku secara zalim.” Tanpa menunggu lama aku menebas lehernya hingga terbunuh.
Karenanya, ketika melihat dua ekor burung panggang ini, aku teringat akan kebodohan pedagang itu yang menjadikan dua ekor burung sebagai saksinya. Ha, ha, ha,…” orang Kurdi itu tertawa dengan penuh kemenangan. Namun, ia lupa bahwa sebenarnya dialah yang bodoh. Ia tidak sadar sudah mengakui perbuatannya.
Mendengar itu, Abu Nashr berkata,”Demi Alloh, kedua burung itu telah memberikan kesaksian atas perbuatanmu melalui mulutmu sendiri”. Abu Nashr menyuruh algojo menebas lehernya sebagai bentuk qishash atas kezalimannya membunuh orang lain.

3 komentar:


remember Allah